PROSES PENETASAN AYAM BANGKOK

Proses Penetasan Telur Ayam dan Fase Pembentukan Embrio di Dalam Telur

NetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image
 Jika Juragan Ingin Menetaskan Teur Tetas Dengan Mesin Tetas Berikut Cara Cara dan Proses Penetasan Telur
Inilah proses dan kejadian runtuk pembentukan anak ayam dari sebutir telur berproses menjadi embrio dan menjadi anak ayam yang kemudian menetas menjadi anak ayam utuh, suguh menakjubkan proses kejadian ciptaan Yang Maha Kuasa ini



-->
Menetaskan telur-telur ayam serama dengan menggunakan mesin tetas (incubator) adalah salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas anakan ayam serama, disamping itu mesin tetas dapat berfungsi sebagai pengganti indukan ayam serama betina yang terkadang tidak mau mengerami telurnya.

Menggunakan mesin tetas bukanlah tanpa masalah, saya melihat pengalaman dari seorang teman peternak ayam serama di Balikpapan yang menggunakan mesin tetas untuk menetaskan telur-telur serama ternyata banyak menemui kegagalan dalam hal hasil tetasan, dari seluruh telur-telur yang ditetaskan hanya 20-30% yang berhasil menetas dengan sempurna. Dia menuturkan faktor kegagalan penetasan telur terletak pada ketepatan pengaturan suhu di dalam ruang mesin tetas, kelembaban udara didalam mesin tetas, dan ketepatan dalam memutar posisi telur-telur yang ditetaskan. Lebih lanjut teman saya mengatakan bahwa telur-telur ayam serama lebih sensitif daripada telur-telur ayam kampung.

Dari pengalaman diatas, kami mencoba mendesain sebuah mesin tetas sederhana untuk kapasitas maksimum 100 telur. Setelah kami uji coba ternyata hasilnya bagus, mesin penetas tersebut kami beri kode PUI-100 (Pesona Unggas Inkubator - kapasitas 100 telur).

Agar hasil tetasan telur ayam serama dapat berhasil dengan optimal disini kami coba uraikan tahapan cara menetaskan telur ayam serama dengan menggunakan mesin tetas PUI-100, dari hari ke-1 sampai hari ke-21.

Mensetting Thermostat
Sebelum mesin tetas digunakan kita perlu mensetting thermostat terlebih dahulu agar pengaturan suhu di dalam ruang mesin tetas dapat konstan secara otomatis.

- Tutup pintu dan lubang ventilasi pada mesin tetas
- Nyalakan lampunya sambil dilihat skala pada thermometer (kita menghendaki suhu pada skala 101°F)
- Jika sebelum suhu 101°F lampu sudah padam maka geserlah tabung kapsul thermostat ke atas dengan cara memutar ke kanan baut penyangga kapsul.
- Jika suhu melewati 101°F lampu baru padam maka geserlah tabung kapsul thermostat ke bawah dengan cara memutar ke kiri baut penyangga kapsul.
- Jika lampu padam tepat pada suhu 101°F berarti mesin tetas siap digunakan.

Memulai Penetasan
1. Hari ke-1:

Setelah sumber pemanas dihidupkan, pintu dan lubang ventilasi dari mesin penetas ditutup rapat, suhu tetap dipertahankan 101°F (38,33°C). Aturan-aturan ini berlaku dalam jangka waktu 48 jam atau Selama dua hari berturut-turut untuk menekan seminimal mungkin perubahan temperatur udara.

PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Hari ke-1 ( 1 Nopember 2011)


2. Hari ke-2:

Mesin tetas tetap dalam kondisi tertutup rapat, sementara suhu ruangan sama seperti pada hari pertama.

PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Hari ke-2 (2 Nopember 2011)


3. Hari ke-3:

Mulai dilakukan pemutaran telur dengan menggerakkan handle rak putar ke depan atau kebelakang. Pemutaran telur dilakukan supaya seluruh bagian telur mendapatkan panas secara merata. Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan daya tetas. Kegiatan pemutaran dikerjakan dua atau tiga kali dalam sehari, masing-masing pada pukul 07.00, dan 19.00, atau pukul 07.00, 12.00 dan 19.00. Pemutaran telur dilakukan secara rutin setiap hari mulai hari ketiga sampai hari ke17 dengan frekuensi yang sama.

PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Hari ke-3 (3 Nopember 2011)


4. Hari ke-4:

Kegiatan yang dilakukan meliputi pemutaran, dan pembukaan lubang ventilasi selebar 1/4 bagian dan peningkatan suhu mesin penetas menjadi 102°F (3 8,8°C). Baki perlu diperiksa, apakah air yang ada di dalamnya masih cukup atau tidak.

PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Hari ke-4 (4 Nopember 2011)

Embrio belum kelihatan




-->
5. Hari ke-5:

Kegiatan sama seperti hari ke-4, hanya saja lubang ventilasi dibuka selebar 1/2 bagian.

PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Hari ke-5 (5 Nopember 2011)

Telur yang bakal jadi embrio mulai kelihatan


6. Hari ke-6:

Lubang ventilasi dibuka 3/4 bagian. Mengenai kegiatan, semuanya masih sama seperti hari ke-5.

PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Hari ke-6 (6 Nopember 2011)





PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Ini adalah contoh telur yang embrionya tidak berkembang atau telur infertile

Telur seperti ini bisa dikeluarkan dari mesin tetas dan masih layak untuk di konsumsi


7. Hari ke-7:

Pemutaran telur tetap diläkukan tiga kali sehari. Pada malam hari mulai melakukan peneropongan telur (candling) untuk mengetahui keadaan di dalam telur. Mengapa harus malam hari? Sebab, pada waktu itulah peneropongan dapat dilakukan secara maksimal mengingat kondisinya yang berlawanan dengan sinar atau pencahayaan alat teropong. Bisa saja hal ini dilakukan pada waktu siang, hanya saja akurasi pengamatan lebih rendah daripada malam hari. Melalui peneropongan tersebut akan diketahui telur yang fertil, telur kosong (infertil) dan kematian embrio di dalam telur.




Hari ke-7 (7 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 7 hari dalam mesin tetas


Telur yang fertil dimasukkan kembali ke rak tetas, sedangkan telur yang embrionya mati harus segera disingkirkan. Telur kosong masih dapat dimanfaatkan sebagai telur konsumsi. Suhu dalam mesin penetas tetap dipertahankan 102°F (38,88°C), namun lubang ventilasi dibuka seluruhnya.

8. Hari ke-8:

Kegiatan masih berkisar pada pemutaran, seperti yang dilakukan pada hari-hari sebelumnya. Demikian pula mengenai lubang ventilasi yang tetap dibuka seluruhnya. Memasuki hari kedelapan, suhu penetasan ditingkatkan menjadi103°F (39,44°C)


Hari ke- 8 (8 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 8 hari dalam mesin tetas


9. Hari ke-9:

Seluruh kegiatan sama dengan hari ke-8.


Hari ke-9 (9 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 9 hari dalam mesin tetas


10. Hari ke-10:

Kegiatan masih sama dengan hari ke-9.


Hari ke-10 (10 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 10 hari dalam mesin tetas


11. Hari ke-11:

Kegiatan masih sama dengan hari ke-10.


Hari ke-11 (11 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 11 hari dalam mesin tetas


12. Hari ke-12:

Kegiatan masih sama dengan hari ke-11.


Hari ke-12 (12 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 12 hari dalam mesin tetas



13. Hari ke-13:

Tidak ada perbedaan dengan kegiatan pada hari ke-13


Hari ke-13 (13 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 13 hari dalam mesin tetas

-->

embrio semakin besar kelihatanya tidak bergerak


14. Hari ke-14:

Pada hari ke- 14, kembali dilakukan peneropongan telur untuk mengetahui keadaan embrio di dalamnya. Embrio yang mati di dalam telur langsung dikeluarkan, sehingga rak tetas hanya diisi telur dengan bibit yang masih hidup saja. Namun jika masih ragu-ragu sebaiknya telur tetap biarkan dalam mesin tetas sampai hari yang ke 21, karena pada hari ke 14 ini sulit membedakan embrio yang hidup dan tidak, karena sama-sama tidak bergerak. Selain peneropongan, semua kegiatan pada han ke- 14 ini sama dengan hari ke-13.

15. Hari ke-15:

Telur-telur tetas tetap diputar 3 kali sehari. Suhu masih 103°F (39,44°C) dan lubang ventilasi juga tetap dibuka seluruhnya.


Hari ke-15 (15 Nopember 2011)

embrio semakin besar


16. Hari ke-16:

Sama dengan kegiatan pada han ke-15.


Hari ke-16 (16 Nopember 2011)


17. Hari ke-17:

Semua kegiatan masih sama dengan yang dilakukan pada hari ke- 16.

18. Hari ke-18:

Kegiatan pemutaran masih dilakukan, tetapi sesudahnya tidak boleh dilakukan lagi hingga telur menetas. Memasuki hari ke-18 sampai 21, telur mengalami masa kritis yang pada saat tersebut embrio mengalami perubahan yang sangat cepat untuk menjadi anak ayam. Beberapa organ tubuh mulai tumbuh sempurna, sehingga cukup peka terhadap perubahan temperatur udara luar. Suhu dalam ruangan mesin tetas ditingkatkan menjadi 104°F(40°C).

PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Hari ke-18 (18 Nopember 2011)


19. Hari ke-19:

Sebagian telur mulai retak. Pada saat seperti ini ruangan mesin penetas membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi daripada hari- hari sebelumnya.Untuk menciptakan suasana tersebut, kita dapat menambah volume air pada baki. Suhu masih 104°F (40°C) dan lubang ventilasi tetap terbuka.

PhotobucketNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected imageNetOopsblog protected image

Hari ke-19 (19 Nopember 2011)


20. Hari ke-20 dan ke-21:

Seperti hari ke- 18 dan 19, maka pada hari ke-20. Suhu dipertahankan pada skala 104°F (40°C). Proses pecahnya kulit telur terjadi pada hari ke-20 dan ke-2 1. Anak ayam melalui paruhnya menekan ujung tumpul yakni rongga udara, kemudian memperpanjang diri dan menggelembung. Akibatnya, kulit telur menjadi sobek dan lama-kelamaan akan pecah. Dengan kekuatan sedikit demi sedikit, ujung tumpul tadi akan terangkat dan kepala anak ayam tersebut menyembul keluar.


Hari ke-20 dan ke-21
Proses Menetas

0 komentar:

Posting Komentar

  • Digg
  • del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Yahoo! Buzz
  • Technorati
  • Facebook
  • TwitThis
  • MySpace
  • LinkedIn
  • Google
  • Reddit
  • Netvibes
Design by eckoCS1Copyright © 2010 Online Baturaja | Powered by Blogger