Seorang peternak bercerita kepada tim Technical Support
Medion bahwa ayamnya terkena penyakit ngorok atau gangguan pernapasan.
Ia pun kemudian bertanya mengapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya? Menanggapi hal ini tentu kita menyadari bahwa di suatu
peternakan ayam, peristiwa ngorok sudah sering terjadi dan menurut
banyak ahli peternakan, ngorok pada ayam bukanlah nama suatu penyakit,
melainkan salah satu gejala klinis dari penyakit yang menyerang
saluran pernapasan ayam. Dan penyebabnya pun bisa bermacam-macam.
Sistem Pernapasan Ayam
Secara umum, fungsi utama saluran pernapasan ayam adalah menyediakan suplai oksigen (O2), mengeluarkan karbondioksida (CO2),
memperlancar mekanisme pengaturan suhu tubuh, dan berperan dalam proses
kekebalan primer. Agar sistem pernapasan ayam bisa berfungsi dengan
baik, maka ketersediaan udara bersih dan kondisi saluran pernapasan
yang sehat wajib dipenuhi.
Ayam sendiri memiliki sistem pernapasan yang agak berbeda dengan sistem
pernapasan pada mamalia, karena dilengkapi dengan kantung udara yang
mempunyai struktur dan fungsi yang unik, serta paru-paru yang tergolong
sederhana. Dari segi anatomi, alat pernapasan ayam sedikitnya terdiri
dari 3 komponen penting, yaitu:
- Saluran pernapasan atas
Saluran
pernapasan ayam bagian atas terdiri dari rongga hidung, laryng, trakea
(tenggorokan), bronkus dan bronkiolus. Rongga hidung juga terhubung
langsung ke bagian sinus, dimana sinus merupakan tempat predileksi
(kesukaan) sebagian bibit penyakit yang masuk melewati saluran
pernapasan.
Tubuh ayam secara alami memiliki serangkaian mekanisme pertahanan
terhadap berbagai serangan agen penyakit. Salah satunya adalah sistem
pertahanan primer. Kulit, silia (bulu getar) saluran pernapasan,
lendir/mukus, enzim sampai reaksi bersin dan batuk termasuk dalam sistem
pertahanan ini. Tidak berfungsinya sistem pertahanan primer, terutama
sistem pertahanan pada saluran pernapasan, menjadi pemicu utama
masuknya bibit penyakit.
Saat ayam menarik napas, udara pertama kali akan masuk ke dalam rongga
hidung. Rongga hidung ini dilengkapi dengan silia (bulu getar) yang
berperan menyaring partikel-partikel yang tercampur udara yang dihirup
ayam, seperti debu maupun bibit penyakit. Namun silia hidung ini hanya
mampu menahan partikel berukuran 3,7-7,0 mikron saja. Sedangkan partikel
dengan ukuran lebih kecil, yaitu 0,091-1,100 mikron akan lolos dan
menempel pada trakea, bronkus dan bronkiolus.
Perlu diketahui juga bahwa ukuran partikel yang berada di udara
kebanyakan memiliki diameter 1-5 mikron, sedangkan virus atau bakteri
berukuran lebih kecil lagi. Contohnya bakteri Mycoplasma sp.
(penyebab CRD) berukuran 0,25-0,5 mikron, atau virus AI yang hanya
berdiameter 0,08-0,12 mikron. Bisa dibayangkan jika silia mengalami
kerusakan, maka bibit penyakit dengan mudah masuk ke saluran pernapasan
dan ayam akan mengalami gangguan pernapasan.
Selanjutnya pada bagian trakea, bronkus dan bronkiolus yang dilengkapi
dengan sel-sel epitel tidak bersilia, akan menghasilkan lendir yang
mengandung enzim proteolitik dan surfaktan (penurun tegangan
permukaan). Adanya enzim dan surfaktan tersebut mampu menghancurkan
beberapa bibit penyakit.
Pada
ketiga bagian tersebut juga diketahui menghasilkan antibodi yang
disebut imunoglobulin (Ig) A. Antibodi ini berfungsi mencegah pelekatan
agen infeksi pada permukaan dan menetralisirnya. Selain Ig A, juga
terdapat Ig E dan Ig G. Ig A berperan menyingkirkan protein asing atau
larva cacing yang masuk melalui permukaan tubuh, sedangkan Ig G
berfungsi melindungi permukaan tubuh terhadap reaksi peradangan.
- Paru-paru
Anatomi
paru-paru ayam tersusun atas jaringan yang kenyal dan banyak pembuluh
darah, sehingga memudahkan terjadinya proses pertukaran udara. Pada
bagian paru-paru juga terdapat banyak percabangan bronkus yang disebut
sebagai parabronkus. Pada beberapa area, ujung- ujung parabronkus ini
akan bersatu dan terhubung langsung dengan kantung udara.
- Kantung udara
Udara
dari paru-paru masuk ke dalam kantung udara. Kantung udara sangat
berperan penting dalam pernapasan ayam terutama saat proses menghirup
udara (inspirasi), maupun mengeluarkan udara (ekspirasi). Perubahan
pada kantung udara, seperti kantung udara mengalami peradangan atau
berwarna keruh, bisa menjadi salah satu indikasi infeksi penyakit
pernapasan tertentu.
Ngorok dan Penyebabnya
Ngorok pada ayam bisa disebabkan oleh agen infeksius (penyakit, red)
maupun non infeksius, seperti udara yang berdebu, amonia, perubahan
cuaca, dll. Beberapa penyakit infeksius yang mempunyai manifestasi
klinis gangguan pernapasan, dan selalu menduduki 10 besar ranking
penyakit di ayam pedaging dan petelur, diantaranya adalah CRD,
colibacillosis, korisa, ILT, ND, IB dan AI. Namun penyakit yang secara
spesifik memiliki target utama di organ pernapasan adalah CRD,
colibacillosis, korisa dan ILT. Sedangkan ND, IB dan AI, selain
menyerang organ pernapasan juga menyerang bagian organ tubuh ayam
lainnya.
- Faktor non-infeksius
Ayam
komersial modern secara genetik mempunyai kemampuan tumbuh dan
berproduksi lebih cepat dibanding ayam tipe lain. Namun pertumbuhan
badan yang cepat ini tidak sebanding dengan perkembangan organ vital
dalam ayam yaitu jantung dan paru-parunya. Sehingga kedua organ ini
sangat rentan terhadap gangguan baik dari dalam maupun luar tubuh.
Untuk menunjang pertumbuhan badan ayam, paru-paru dipaksa bekerja keras menyuplai O2 untuk metabolisme tubuh. Karena pentingnya suplai O2 tersebut, maka udara bebas yang terdapat di dalam kandang haruslah berkualitas. Manajemen litter,
tingkat kepadatan ayam, suhu dan kelembaban kandang, serta ventilasi
kandang akan mempengaruhi kualitas udara ini. Banyaknya partikel debu
di udara tentu saja akan semakin memperberat kerja saluran pernapasan
atas. Dan bukan tidak mungkin, saluran pernapasan atas pun akan
mengalami kerusakan/luka akibat tingginya debu dalam udara dalam
kandang.
a) Suhu dan kelembaban
Kondisi
suhu dan kelembaban yang tidak sesuai bisa mengakibatkan gangguan
fungsi sinus dan organ pernapasan lainnya. Suhu yang nyaman bagi ayam
ialah 25-28ÂșC dengan kelembaban 60-70%. Saat kelembaban udara <50%
akan mengakibatkan membran mukosa saluran pernapasan, termasuk sinus
menjadi kering. Akibatnya aktivitas silia terhambat dan potensi masuknya
partikel debu maupun bibit penyakit pun semakin besar.
b) Amonia
Suhu
yang tinggi dalam kandang juga akan meningkatkan konsumsi air minum
ayam sehingga kotoran ayam menjadi lebih encer. Jika kondisi kelembaban
udara dalam kandang cukup tinggi, maka kondisi litter pun akan
menjadi basah dan memicu tingginya kadar amonia. Selain suhu dan
kelembaban, tingginya kadar amonia juga bisa dipicu oleh kadar protein
ransum yang berlebih sehingga dibuang bersama feses, serta akibat sistem
ventilasi yang kurang baik.
Amonia
yang terhirup akan mengiritasi saluran pernapasan ayam, dan menyapu
silia di mukosanya. Sel-sel yang ada di permukaan saluran pernapasan
menjadi rusak, produksi lendir menjadi berlebih, gerakan silia terganggu
bahkan tidak berfungsi. Amonia juga mengakibatkan iritasi pada
konjungtiva mata, sehingga mekanisme awal pertahanan tubuh menjadi
terganggu.
Jika
organ pernapasan sudah rusak, maka bibit penyakit yang terbawa udara
akan mudah sekali menempel di saluran pernapasan karena sistem
pertahanan mekanik tidak berfungsi optimal. Di tempat ini agen tersebut
akan berkembang biak, dan akhirnya menimbulkan kerusakan lebih parah.
Adanya luka di saluran pernapasan inilah yang menyebabkan ayam ngorok
dan batuk.
- Faktor infeksius
a) CRD dan CRD kompleks
Chronic respiratory disease (CRD) merupakan penyakit bakterial oleh Mycoplasma gallisepticum yang menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan. M. gallisepticum
masuk bersamaan dengan aliran udara yang sebelumnya telah
terkontaminasi. Ketika memasuki saluran pernapasan ayam, agen penyakit
ini menempel pada mukosa saluran pernapasan dan merusak sel-selnya.
Selain itu, M. Gallisepticum
juga diketahui menghasilkan senyawa ciliostatic yang dapat menyebabkan
aktivitas silia melemah (Bradbury, 2006). Selanjutnya bakteri ini akan
memicu terjadinya radang pada sel-sel mukosa sehingga aliran darah di
daerah tersebut meningkat. Bakteri kemudian ikut ke dalam aliran darah
dan menuju kantung udara, dimana kantung udara merupakan tempat yang
cocok untuk M. gallisepticum hidup dan berkembang biak.
Rusaknya saluran pernapasan oleh M. gallisepticum
akan menekan sistem kekebalan lokal pada lokasi tersebut sehingga agen
penyakit lain mudah masuk ke dalam tubuh ayam. Atau dengan kata lain,
CRD berperan sebagai pembuka pintu gerbang sistem pertahanan primer dan
akhirnya memicu serangan infeksi penyakit sekunder.
Gabungan
antara penyakit sekunder dengan CRD tentunya akan memunculkan gejala
infeksi yang jauh lebih kompleks. Ayam tampak batuk, ngorok, bersin,
keluar leleran dari mata, dan hidung. Pada pemeriksaan bedah bangkai
trakea terlihat memerah, kantung udara keruh, menebal dan kadang juga
terlihat berbusa. Jika bakteri oportunis seperti E. colimasuk,
maka keadaan akan semakin parah, hingga munculah yang disebut dengan CRD
kompleks. Kantong udara menebal dan terdapat masa mengkeju pada daerah
tersebut, juga di dalam rongga perut. Jantung dan hati akan diselimuti
oleh selaput berwarna putih kekuningan.
b) Korisa
Korisa merupakan penyakit bakterial yang disebabkan oleh Haemophilus paragallinarum atau Avibacterium paragallinarum,
dengan lokasi predileksi utamanya di sinus infraorbitalis. Ayam yang
terserang korisa akan mengalami pembengkakan muka, terutama di sekitar
sinus infraorbitalis.
Selain
itu, tak jarang juga ditemukan mata berair seperti menangis. Saat
dilakukan bedah bangkai, akan ditemukan di sekitar sinus infraorbitalis,
adanya lendir atau kotoran dari hidung yang mula-mula encer dan
berlanjut sampai kental yang berbau menyengat, seperti bau telur busuk.
c) ILT
Virus
ILT lebih suka tinggal pada sel epitelium batang tenggorok (trakea).
Itulah sebabnya mengapa virus ini mempunyai konsentrasi yang sangat
tinggi pada permukaan trakea ayam yang terinfeksi secara alamiah atau
pada ayam yang pernah divaksinasi dengan vaksin ILT (Bagus, 2000). Pintu
masuk virus ILT yang alami yaitu melalui saluran pernapasan bagian atas
dan mata (okuler).
Menurut
Lister (1997), ada dua bentuk manifestasi serangan ILT pada ayam, yaitu
bentuk akut dan kronis. Ayam yang mengalami infeksi akut akan
menunjukkan kesulitan bernapas (dyspnea) disertai suara ngorok
dan batuk. Sumbatan trakea akibat adanya eksudat kental akan menyebabkan
ayam bernapas dengan mulut terbuka sambil menjulurkan lehernya. Pada
sejumlah ayam dapat pula ditemukan adanya leleran kental bercampur darah
dari hidung atau mulut dan adanya cairan berbusa pada mata.
Bentuk
kronis adalah bentuk serangan ILT yang berjalan lambat, ditandai oleh
gejala ayam lesu, mata berair, gangguan pernapasan yang ringan (batuk
ringan), conjunctiva kemerahan, kebengkakan sinus infraorbitalis,
leleran dari hidung yang terus-menerus serta penurunan produksi telur.
Bentuk ini juga ditandai dengan adanya material seperti keju pada
permukaan trakea dan laryng.
d) ND, IB dan AI
Batuk,
susah bernapas, ngorok dan lendir keluar dari hidung merupakan gangguan
pernapasan yang sering ditemukan pada serangan ND, IB dan AI low pathogenik.
Peradangan dan perdarahan trakea adalah gejala perubahan bedah bangkai
dari ayam yang terinfeksi ND, IB atau AI. Jika perdarahan atau
peradangan terjadi di trakea bagian bawah (mendekati bronkus) besar
kemungkinan penyebabnya ialah serangan virus IB. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa ND, IB dan AI selain menyerang saluran
pernapasan juga menyerang organ tubuh lainnya.
Kendalikan Faktor Pemicu Kerusakan Sistem Pernapasan Atas
Untuk mengatasi gangguan pernapasan ayam, kita perlu mencari akar
permasalahnnya terlebih dahulu. Pemberian antibiotik tidak akan
memberikan hasil jika penyebab utamanya tidak kita tangani. Jika kondisi
lingkungan sekitar jelek, maka hal itu juga perlu diperbaiki, disamping
dengan pemberian obat.
Penyakit pernapasan pada ayam, mempunyai gejala klinis yang hampir sama
antara penyakit yang satu dengan lainnya, sehingga terkadang sulit
untuk dibedakan. Oleh karena itu, dalam mendiagnosa diperlukan beberapa
kumpulan sejarah penyakit, gejala klinis dan perubahan patologi anatomi.
Akan lebih meyakinkan lagi apabila diagnosa didukung dengan pemeriksaan
uji laboratorium.
Kerusakan sistem pernapasan ayam akan memberikan konsekuensi
tersendiri. Ayam menjadi relatif mudah terserang bibit penyakit.
Beberapa organ pernapasan seperti sinus hanya memiliki sedikit pembuluh
darah. Sama halnya dengan kantung udara. Akibatnya saat organ pernapasan
ayam sudah rusak, maka pengobatannya menjadi relatif lebih sulit dan
kasusnya tidak bisa diatasi secara tuntas. Fenomena ini nampak pada
kasus infeksi korisa, dimana ayam yang telah terinfeksi korisa berperan
sebagai carrier (pembawa penyakit). Dan suatu waktu, terutama saat kondisi ayam kurang fit maka bakteri korisa bisa menyerang kembali.
Menghindari atau meminimalkan faktor penyebab kerusakan organ pernapasan menjadi salah satu solusi yang perlu kita kedepankan. Pada dasarnya pengendalian faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu penerapan tata laksana pemeliharaan secara baik, pelaksanaan biosecurity secara ketat dan aplikasi obat maupun vaksin secara tepat.
1) Mengendalikan faktor infeksius
M. gallisepticum
penyebab CRD merupakan bakteri yang memiliki predileksi di kantung
udara yang minim pembuluh darah, sehingga untuk pengobatan CRD digunakan
antibiotik yang mempunyai distribusi yang baik ke jaringan. Contoh
antibiotik yang bisa diberikan antara lain Doxyvet, Neo Meditril, Therapy atau Proxan-S.
Sedangkan bakteri penyebab korisa, H. paragallinarum
merupakan bakteri yang relatif mudah mati saat di luar tubuh ayam.
Hanya saja saat telah menginfeksi ke dalam tubuh ayam dan menduduki
sinus infraorbitalis, bakteri ini bisa bertahan sampai akhir hidup ayam.
Oleh karena itu seringkali peternak mengkombinasikan antara pengobatan
dan vaksinasi dalam pengendalian korisa.
Vaksinasi
akan menstimulasi terbentuknya titer antibodi dalam tubuh ayam sehingga
saat ada serangan korisa tubuh ayam sudah memiliki antibodi yang dapat
menekan serangan korisa itu. Jadwal vaksinasi korisa hendaknya
dilakukan pada 3-4 minggu sebelum umur serangan korisa. Sedangkan
program umum vaksinasi korisa yang direkomendasikan untuk ayam petelur
yaitu ketika ayam berumur 6-8 minggu dan diulang saat umur 16-18 minggu.
Dan untuk ayam pedaging di umur 1-2 minggu. Vaksin yang bisa dipilih
antara lain Medivac Coryza B (berbentuk suspensi), Medivac Coryza T (berbentuk emulsi), dan Medivac Coryza T Suspension (berbentuk suspensi).
Jika korisa sudah terlanjur menyerang, maka pengobatan korisa bisa dilakukan melalui air minum dengan Amoxitin, Proxan-S, Doctril, Neo Meditril, Duoko atau Erysuprimmaupun secara injeksi dengan Gentamin, Vet Strep atau Kanamin.
Pada kasus yang parah, dimana ayam mengalami kebengkakan muka dan nafsu
makan serta minumnya berkurang, maka aplikasi pengobatan sebaiknya
dilakukan secara injeksi.
Berbeda
dengan CRD dan korisa, serangan ILT, ND, IB dan AI tidak bisa
dikendalikan dengan pemberian obat, karena penyakit ini disebabkan oleh
virus. Oleh karena itu, vaksinasi merupakan langkah utama yang wajib
dilakukan untuk mencegah serangannya. Vaksinasi ILT pada ayam petelur
bisa dilakukan diumur 10-16 minggu (untuk daerah peternakan dengan
serangan ILT rendah), atau umur 6-7 minggu (untuk daerah peternakan
dengan resiko serangan ILT tinggi) dan diulang umur 16-17 minggu.
Sedangkan di ayam pedaging dilakukan umur 2-3 minggu menggunakan Medivac ILT.
Pengendalian faktor infeksius di atas merupakan langkah yang spesifik pada masing-masing kasus. Sebaiknya lakukan pula monitoring
titer antibodi untuk melihat gambaran titer setiap periodenya sehingga
kita bisa menentukan jadwal vaksinasi yang tepat. Berikan pula
suplementasi multivitamin seperti Fortevit, Aminovit atau Vita Stress untuk meningkatkan stamina tubuh ayam.
Guna mendukung dan mengoptimalkan treatment di atas perlu juga dikombinasikan dengan penerapan tata laksana pemeliharaan dan biosecurity
yang baik, diantaranya dilakukan pengisolasian atau pemisahan ayam yang
terinfeksi dan telah parah, memperbaiki manajemen pemeliharaan
(ventilasi udara, ransum, dll) serta menekan jumlah tantangan bibit
penyakit dengan cara melakukan semprot (desinfeksi) kandang menggunakan Antisep atau Neo Antisep(untuk kandang isi), dan Formades atau Sporades (untuk kandang kosong).
2) Menekan faktor non infeksius
Langkah menekan faktor non infeksius berkaitan erat dengan penerapan manajemen pemeliharaan dan biosecurity.
- Suplai oksigen harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitas
- Sistem penapasan ayam berfungsi mensuplai udara atau O2 ke dalam tubuh ayam. Jika udaranya kurang berkualitas, tentu akan mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan ayam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan suplai oksigen yang baik ialah pengaturan ventilasi kandang, manajemen buka tutup tirai, penambahan exhaust fan dan pengaturan kepadatan maupun jarak kandang.
- Atur suhu dan kelembaban kandangSuhu dan kelembaban yang tidak sesuai akan mengakibatkan ayam stres (bersifat immunosuppressive) sehingga sistem kekebalan tubuh menurun. Kepadatan kandang, sirkulasi udara dan penambahan exhaust fan bisa menjadi solusi mempertahankan suhu dan kelembaban optimal.
- Litter hendaknya berkualitasKondisi litter harus dijaga agar tidak lembab, karena litter yang basah bisa memicu pembentukan amonia 300x lebih cepat. Pilih bahan litter yang memiliki daya serap air baik, contohnya sekam padi. Hati-hati saat mengganti air minum, dan tampias air hujan.
0 komentar:
Posting Komentar